Jumat, 11 Desember 2015

PERENNIALISME



PERENNIALISME

A.    Latar belakang

Secara umum watak dari perennialisme terkandung dalam makna asal katanya, yaitu “perennis” (bahasa latin) atau “perennial” (bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus di dalam waktu, hidup terus dari waktu ke waktu, atau abadi.  Penganut perenialisme percaya mengenai adanya nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas dasar itu, penganut perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang pernah ada sebelumnya.

Perennialisme muncul atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern.

Perennialisme mempunyai kesamaan dengan essensialisme dalam hal menentang progresivisme, tetapi perennialisme berbeda dengan essensialisme, antara lain dalam hal prinsip perennialist yang religius (theologis), yang agama oriented. Dikatakan demikian, sebab sekalipun ada perennialist yang secular, namun mereka merupakan minoritas dalam perennialisme.

B.     Filsafat pendukung/ yang melandasi

Gagasan-gagasan perennialisme merupakan   ingtegritas antara asas-asas filosofis yunani klasik dengan asas-asas religius Kristen yang berkembang pada abad pertengahan. Perennialisme dilandasi atau didukung oleh filsuf yunani klasik, yaitu plato (427-347 SM) dan aristoteles (384-322 SM). Adapun pada abad kedua puluh perennialisme dipengaruhi dan didukung oleh filsafat humanisme rasional dan supernaturalisme Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh seperti Robert M. Hutchins, Mortimer J. Adler, dll. Mempunyai reputasi internasional sebagai perennialist.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar