PERENNIALISME
A. Latar
belakang
Secara umum watak dari
perennialisme terkandung dalam makna asal katanya, yaitu “perennis” (bahasa
latin) atau “perennial” (bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus di dalam
waktu, hidup terus dari waktu ke waktu, atau abadi. Penganut perenialisme percaya mengenai adanya
nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas dasar
itu, penganut perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang
zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang pernah ada sebelumnya.
Perennialisme muncul
atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu
keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia
modern.
Perennialisme mempunyai
kesamaan dengan essensialisme dalam hal menentang progresivisme, tetapi
perennialisme berbeda dengan essensialisme, antara lain dalam hal prinsip
perennialist yang religius (theologis), yang agama oriented. Dikatakan
demikian, sebab sekalipun ada perennialist yang secular, namun mereka merupakan
minoritas dalam perennialisme.
B. Filsafat
pendukung/ yang melandasi
Gagasan-gagasan
perennialisme merupakan ingtegritas
antara asas-asas filosofis yunani klasik dengan asas-asas religius Kristen yang
berkembang pada abad pertengahan. Perennialisme dilandasi atau didukung oleh
filsuf yunani klasik, yaitu plato (427-347 SM) dan aristoteles (384-322 SM).
Adapun pada abad kedua puluh perennialisme dipengaruhi dan didukung oleh
filsafat humanisme rasional dan supernaturalisme Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh
seperti Robert M. Hutchins, Mortimer J. Adler, dll. Mempunyai reputasi
internasional sebagai perennialist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar