penemuan kebenaran
A. Cara Penemuan
Kebenaran
Cara untuk menemukan kebenaran dapat
dilihat dengan cara ilmiah dan non ilmiah. Hartono Kasmadi, dkk (1990)
menguraikan cara menemukan kebenaran sebagai berikut.
·
Penemuan Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan
adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengaja atau tanpa rencana.
·
Penemuan ‘Coba dan Ralat’ ( Trial
and Error )
Penemuan coba dan ralat adalah
penemuan yang terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil
kebenaran yang dicari.
·
Penemuan Melalui Otoritas atau
Kewibawaan
Penemuan kebenaran melalui otoritas
atau kewibawaan adalah penemuan yang berdasarkan pendapat orang-orang yang
memiliki kewibawaan atau kedudukan dan kuasa. Pendapat tersebut bukan pendapat
yang berasal dari penelitian melainkan pemikiran yang subjektivitas.
·
Penemuan Secara Spekulatif
Penemuan secara spekulatif ini
hampir sama dengan penemuan coba dan ralat. Namun perbedaannya, pada penemuan
secara spekulatif ini seseorang membuat beberapa alternatif pemecahan dan
memilih salah satunya. Walaupun ia tidak yakin benar dengan keberhasilannya.
·
Penemuan kebenaran Lewat Cara
Berpikir Kritis dan Rasional
Penemuan kebenaran lewat cara
berpikir kritis dan rasional merupakan cara manusia untuk menganalisis suatu
masalah berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada
pemecahan yang tepat.
·
Penemuan Kebenaran Melalui
Penelitian Ilmiah
Cara mencari kebenaran yang
dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian yang kemudian diyakini
bahwa ada sebab bagi ssetiap akibat, dan bahwa pada setiap gejala yang tampak
dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.
B. Definisi
Kebenaran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang ditulis oleh Purwadarminta ditemukan arti kebenaran, yakni 1. Kebenaran (hal
dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya).
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya). 3.
Kejujuran; ketulusan hati (tidak sangsi atau ragu). 4. Selalu izin (sesuai
perkenanan). 5. Jalan kebetulan.
C. Jenis-jenis
Kebenaran
Menurut A.M.W. Pranarka (1978 ),
tiga jenis kebenaran meliputi :
- Kebenaran Epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kadang-kadang disebut juga dengan veritas cognitionis atau veritas logica.
- Kebenaran Ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan.
- Kebenaran Semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga dengan kebenran moral (veritas moralis).
D. Sifat Kebenaran
Berbagai kebenaran dalam Tim Dosen
Filsafat Ilmu Fak. Filsafat ( UGM ) Yogyakarta (1996 ) dibedakan menjadi tiga
hal, yakni sebagai berikut :
- Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun yang berupa; pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama.
- Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
- Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya, bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, manakah yang domain untuk membangun pengetahuan.
E. Teori
Kebenaran dan Kekhilafan
Secara tradisional teori-teori
kebenaran meliputi :
·
Teori kebenaran saling berhubungan (Coherence
Theory of Thruth)
Teori ini dibangun oleh para pemikir
rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley.
·
Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian
(Correspondence Theory of Truth)
Teori kebenaran ini adalah teori
kebenaran yang tertua. Teori ini berangkat dari teori pengalaman Aristoteles
yang menyatakan segala sesuatu yang diketahui adalah sesuatu yang dapat
dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek. (Abbas Hamami.
1996, hlm. 116)
·
Teori Kebenaran Inherensi (Inherent
Theory of Truth)
Kadang-kaddang teori ini disebut
juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar
apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermamfaat.
·
Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic
of Truth)
Teori ini mempunyai tugas untuk
menguak kesahan dari proposisi dalam referensinya. (Abbas Hamami M., 1982, hlm.
29)
·
Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berpangkal tolak pada
keteraturan sintaksis atau gramatikal yang dipakai oleh suatu pernyataan atau
tata bahasa yang melekatnya.
·
Teori Kebenaran Nondeskripsi
Teori ini dikembangkan oleh penganut
filsafat fungsionalisme. Pada dasarnya suatu pernyataan akan mempunyai nilai
benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu.
·
Teori Kebenaran Logik yang
berlebihan (Logical Superfluity of Truth)
Teori ini dikembangkan oleh kaum
positivistic yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori ini, problema
kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini mengakibatkan suatu
pemborosan.
Keikhlasan
Francis Bacon (1561-1626) dengan
teori terkenalnya yang dinamakan idola yang tercermin dalam bentuk ilusi dan prodjudice
yang menyelewengkan pemikiran ilmiah. Idola tersebut antara lain:
- Idola Teatri (sandiwara), yaitu sesuatu yang sering dilihat oleh seseorang atau selalu tampak dalam kehidupan sehari-hari, lama-kelamaan tanpa disadari dan diselidiki dianggap sebagai kebenaran.
- Idola Fori (pasar), yaitu keadaan dalam pikiran seseorang yang menyebabkan pikirannya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena orang tersebut hanya melihat sesuatu dari segi bentuk atau luarnya saja.
- Idola specus (gua), yaitu suatu idola yang diakibatkan oleh individualitas manusia. Seseorang seolah-olah berada ditempat yang gelap seperti di dalam gua.
- Idola tribus, yaitu idola yang diakibatkan oleh kodrat manusiawi sehingga orang yang terkena idola ini tidak dapat memahami apa yang dihadapinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar