Jumat, 11 Desember 2015

Konsep pendidikan perennialisme



Konsep pendidikan perennialisme

1.      Definisi pendidikan

Pendidikan. Perennialisme memandang education as cultural regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, penganut perennialisme percaya bahwa  prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Selain itu pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. (madjid nor, dkk, 1987)

2.      Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan. Bagi penganut perennialisme, bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup

3.      Kurikulum

Kurikulum pendidikan bersifat subject centered atau berpusat paada materi pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi. Selain itu, materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia atau kemampuan berpikir, sebab demikianlah hakikat manusia.

4.      Metode

Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh penganut perennialisme adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendiskusikan karya-karya besar yang tertuang dalam “the great books”. Hal ini dipandang baik dalam rangka latihan untuk mendisiplinkan pikiran para peserta didik.

5.      Peranan pendidik dan peserta didik

Peranan guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan mengembangkan potensi-potensi self-discovery; dan ia melakukan “moral authority” (otoritas moral) atas murid-muridnya, karena ia seorang professional yang qualified dan superior dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan mempunyai “perfect” knowledge (mohammad nor syam, 1984:328)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar