Rabu, 09 Desember 2015

keraton kaibon



Sejarah Kaibon Banten 

Ditinjau dari namanya kaibon  berarti keibuan. Keraton ini dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin Ratu Aisyah, mengingat pada waktu itu sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifudin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan

Keraton Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan keraton Surosowan . Asal muasal penghancuran keraton, adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daen dels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon.

Letak Keraton Kaibon Banten

Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, satu kilometer dari Masjid Agung Banten.  Keraton yang luasnya 15000 meter persegi ini dibangun untuk ibunda Sultan Syafiuddin, Ratu Aisyah, pada tahun 1832.

Keraton Kaibon dibangun menghadap barat dengan kanal dibagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju ke Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.
Di bagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini mengikuti jumlah shalat dalam satu hari yang dilakukan umat muslim. Gerbang yang bergaya Jawa dan Bali ini memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk candi bentar sebagai motifnya. Gerbang ini disebut juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.

·         Ruang utama keraton adalah kamar tidur Ratu Asiyah dan dilengkapi dengan teknologi pendingin ruangan. Hal ini bisa terlihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan. Lubang tersebut dahulu dapat diisi air untuk memberikan efek sejuk pada isi dalam ruangan.

·         Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Walaupun telah hancur, beberapa reruntuhan di keraton ini masih terlihat pondasi dan pilar-pilar yang utuh.

Gaya bangunan Keraton ini dianggap unik karena dikelilingi oleh saluran air. Seakan-akan Keraton berada di atas air. Keraton ini dirobohkan oleh Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Daendels dan sekaligus mengakhiri masa kesultanan. Kini Keraton ini tinggal berupa puing-puing dan parit benteng serta sungai kecil dan pintu gerbang, yang menjadi saksi ketangguhan kesultanan Banten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar