Filsafat Pendidikan Realisme
Selain
idealisme dalam filsafat terdapat pula aliran realisme. Filsafat realisme
merupakan kebalikan dari filsafat idealisme. Seperti awalan kata namanya Real,
aliran filsafat realisme meyakini bahwa alam semesta dan seisinya merupakan nyata
sesuai dengan apa yang kita lihat bukan dunia bayangan seperti apa yang
diyakini oleh para filsuf idealisme. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan alam
karena manusia merupakan bagian dari alam.
Ketika
manusia lahir, jiwa dan fikiran manusia dalam keadaan kosong seperti kertas
putis yang masih bersih belum ada coretan tintanya, sehingga untuk menuliskan
tinta-tinta di kertas kosong tersebut manusia harus mengisinya dengan
pengetahuan. Dalam aliran realisme meyakini bahwa yang dilihat dan
dirasakan oleh alat indra kita merupakan nyata sehingga dengan alat indra
tersebut pula manusia mendapatkan pengetahuan.
Menurut
aliran realisme manusia tidak bisa dipisahkan dengan alam, sehingga manusia
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan, namun tidak hanya lingkungan alam
saja, manusia juga harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, itu
merupakan tujuan pendidikan dari aliran realisme, karena dalam realisme
ini manusia atau siswa harus bisa beradaptasi dengan lingkungan , sehingga
dalam kurikulum pendidikannya berpusat pada masyarakat. Untuk mencapai sistem
pendidikan yang baik, menurut aliran realisme siswa harus mencapai prestasi
sesuai apa yang menurut gurunya baik, guru pula lah yang menguasai kelas,
sehingga dalam hal ini metode yang digunakan itu bersifat otoriter, karena
siswa hanya sepenuhnya ikut apa yang diinginkan guru, dan guru juga yang
berkuasa dalam kelas.
Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme
merupakan salah satu aliran dalam filsafat pendidikan. Menurut aliran ini bahwa
segala sesuatu yang telah terjadi dan dialami manusia atau pengalaman itu
merupakan hal yang terjadi ketika adanya hubungan dan interaksi yang didalamnya
individu tersebut terlibat dan pengalaman tersebut terus menerus berubah.
Begitupun dengan dunia ini yang sedang dan akan terus berubah, namun kita
sebagai manusia tidak dapat menghindar dari perubahan dan permasalahan yang
akan muncul di dunia ini selama kita menjalani hari-hari dan selama
pengalaman-pengalaman yang akan kita lalui itu terjadi.
Segala
sesuatu dapat diperoleh dari pengalaman, dan pengalaman mengenai fenomena itu
menentukan pengetahuan, namun karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
pengalaman itu terus menerus berubah maka pengetahuan dan kebenaran mengenai
fenomena itu pun pasti akan berubah.
Dalam
bidang pendidikan aliran Pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus
memiliki tujuan untuk menyediakan pengalaman yang dapat berguna untuk
memecahkan permasalahan ataupun hal-hal baru dalam kehidupan individu itu
sendiri ataupun kehidupan sosialnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut maka diharapkan kurikulumnya pun dapat menunjang, dengan tujuan
pendidikan yang seperti itu maka kurikulumnya pun harus berisi tentang
pengalaman-pengalaman yang memang sudah teruji yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa.
Karena
kurikulum ini berisi tentang pengalaman maka kurikulum ini pun tidak bersifat
mutlak, namun dapat berubah. Sehingga para pendidik pun diharapkan untuk dapat
membimbing siswa agar dapat menemukan pengalaman yang dapat dijadika pelajaran
dan berharga bagi individu namun tidak terlalu ikut campur dengan minat dan
kebutuhan yang dimiliki oleh siswa.
Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman dan
pengalaman akan terus berubah, maka apakah di dunia ini tidak ada ilmu yang
pasti, sehingga kemungkinan pula pendidikan akan berubah-ubah, apabila sering
berubah-ubah maka tujuan pendidikan yang akan dicapai menjadi tidak jelas,
sehingga dengan ketidak pastiannya itu bukannya kita dapat memperbaiki sistem
pendidikan namun mungkin pendidikan lambat laun akan kehilangan arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar