Jumat, 11 Desember 2015

analogi




Analogi
1.      Pengertian analogi
Analogi (dalam bahasa Indonesia ialah “kias”, arab: gasa = mengukur, membandingkan) kadang-kadang disebut juga analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena yang lain yang sejenis, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur (Mundiri, 1994 : 136-136), yaitu:

ü  Peristiwa yang menjadi dasar analogi
ü  Persamaan principal yang menjadi pengikat
ü  Fenomena yang hendak kita analogikan

Sebagian besar pengetahuan kita, disamping didapat dengan generalisasi juga didapat dengan penalaran analogi.

2.      Macam-macam analogi
      Macam analogi yang telah kita bicarakan di atas adalah analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.

      Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non-argumen yaitu sebagai penjelas. Macam analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas.

       Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal.

3.      Kekeliruan dalam beranalogi (analogi yang pincang)
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukan kekeliruannya. Kekliruan ini terjadi karena membuat persamaan (dalam membandingkannya) yang tidak tepat.

Contoh kekeliruan pada analogi induktif:
 Kita seharusnya menjauhkan diri dari kebodohan. Karena semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi semakin banyk kita belajar kita semakin bodoh. Karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar.

Penjelasan :
Kebodohan hanya dapat dihindarkan dengan belajar. Meskipun dengan belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi toh kita menjadi tahu banyak hal. Tanpa belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal, dan dengan belajar kita dapat mengetahui beberapa hal. Kesalahan atau kekeliruan disini yaitu menyamakan arti kebodohan yang harus kita tinggalkan dan kebodohan sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar