Analogi
1. Pengertian
analogi
Analogi (dalam bahasa Indonesia ialah
“kias”, arab: gasa = mengukur, membandingkan) kadang-kadang disebut juga
analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena
yang lain yang sejenis, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian
pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan
demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur
(Mundiri, 1994 : 136-136), yaitu:
ü Peristiwa
yang menjadi dasar analogi
ü Persamaan
principal yang menjadi pengikat
ü Fenomena
yang hendak kita analogikan
Sebagian
besar pengetahuan kita, disamping didapat dengan generalisasi juga didapat
dengan penalaran analogi.
2. Macam-macam
analogi
Macam
analogi yang telah kita bicarakan di atas adalah analogi induktif, yaitu
analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang pada dua fenomena,
kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi
juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak
pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
Analogi
disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai
dalam bentuk non-argumen yaitu sebagai penjelas. Macam analogi ini disebut
analogi deklaratif atau analogi penjelas.
Analogi deklaratif merupakan metode untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan
sesuatu yang sudah dikenal.
3. Kekeliruan
dalam beranalogi (analogi yang pincang)
Meskipun analogi merupakan corak
penalaran yang populer, namun tidak semua penalran analogi merupakan penalaran
induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat
diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukan kekeliruannya. Kekliruan
ini terjadi karena membuat persamaan (dalam membandingkannya) yang tidak tepat.
Contoh kekeliruan pada analogi induktif:
Kita
seharusnya menjauhkan diri dari kebodohan. Karena semakin banyak belajar
semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi semakin banyk kita belajar kita
semakin bodoh. Karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar.
Penjelasan :
Kebodohan hanya dapat dihindarkan dengan belajar.
Meskipun dengan belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi toh kita
menjadi tahu banyak hal. Tanpa belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal,
dan dengan belajar kita dapat mengetahui beberapa hal. Kesalahan atau
kekeliruan disini yaitu menyamakan arti kebodohan yang harus kita tinggalkan
dan kebodohan sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar