Pandangan filsafat umum yang melandasi perennialisme
1. Pandangan ontologis
Menurut perennialisme,
manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa “realitas bersifat
universal-realitas itu ada dimana pun dan sama di setiap waktu”. Realitas
bersumber dan bertujuan akhir kepada realita supernatural/tuhan (asas
supernatural). Realitas mempunyai watak bertujuan (asas teologis). Subtansi
realitas adalah bentuk dan materi (hylemorphisme). Dalam pengalaman, kita
menemukan individual thing. Contoh : batu, rumput, orang, sapi, dll. Dalam
bentuk, ukuran, warna, dan aktivitas tertentu. Di dalam individual thing
tersebut, kita menemukan hal-hal yang kebetulan (accident).
2. Pandangan epistemology
Berpikir dalam rangka
memperoleh pengetahuan yang benar hanya mungkin atas dasar hukum-hukum berpikir
secara deduktif (syllogisme). Tetapi hukum berpikir induktif pun digunakan, hal
ini sesuai dengan pandangan ontologisnya mengenai individual thing. Deduktif digunakan dalam berfilsafat, yaitu
dalam rangka melakukan analisis ontologis untuk mendapatkan kebenaran
self-evidence, universal hakiki. Sedangkan induktif digunakan science dalam
melakukan analisis pengalaman empiris untuk mendapatkan kebenaran, tetapi
dengan demikian kebenarannya terbatas dan bersifat relative. Perennialisme
mengakui adanya hubungan antara science dengan filsafat, tetapi filsafat punya
kedudukan lebih tinggi daripada science. Science mempunyai ketergantungan
kepada filsafat untuk mendapatkan asas-asas mendasar yang diperlukannya,
contohnya tentang the fisrt principle dan kausalitas.
3. Pandangan aksiologi
Pandangan tentang
hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan mengenai hal-hal yang bersifat
spiritual. Yang absolut atau ideal (tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena
itu nilai selalu bersifat teologis (imam barnadib, 1984).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar