Jumat, 11 Desember 2015

Pandangan filsafat umum yang melandasi perennialisme



Pandangan filsafat umum yang melandasi perennialisme

1. Pandangan ontologis

Menurut perennialisme, manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa “realitas bersifat universal-realitas itu ada dimana pun dan sama di setiap waktu”. Realitas bersumber dan bertujuan akhir kepada realita supernatural/tuhan (asas supernatural). Realitas mempunyai watak bertujuan (asas teologis). Subtansi realitas adalah bentuk dan materi (hylemorphisme). Dalam pengalaman, kita menemukan individual thing. Contoh : batu, rumput, orang, sapi, dll. Dalam bentuk, ukuran, warna, dan aktivitas tertentu. Di dalam individual thing tersebut, kita menemukan hal-hal yang kebetulan (accident).

2. Pandangan epistemology

Berpikir dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar hanya mungkin atas dasar hukum-hukum berpikir secara deduktif (syllogisme). Tetapi hukum berpikir induktif pun digunakan, hal ini sesuai dengan pandangan ontologisnya mengenai individual thing.  Deduktif digunakan dalam berfilsafat, yaitu dalam rangka melakukan analisis ontologis untuk mendapatkan kebenaran self-evidence, universal hakiki. Sedangkan induktif digunakan science dalam melakukan analisis pengalaman empiris untuk mendapatkan kebenaran, tetapi dengan demikian kebenarannya terbatas dan bersifat relative. Perennialisme mengakui adanya hubungan antara science dengan filsafat, tetapi filsafat punya kedudukan lebih tinggi daripada science. Science mempunyai ketergantungan kepada filsafat untuk mendapatkan asas-asas mendasar yang diperlukannya, contohnya tentang the fisrt principle dan kausalitas.

3. Pandangan aksiologi

Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Yang absolut atau ideal (tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat teologis (imam barnadib, 1984).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar