Jumat, 18 Desember 2015

Jejak Kepahlawanan KH Syam’un



Jejak Kepahlawanan KH Syam’un

Pemerintah provinsi (Pemprov) Banten tidak berkecil hati untuk mengajukan kembali pendiri Al-Khairiyah dan tokoh Banten, Brigjen KH Syam’un menjadi Pahlawan Nasional tahun depan. Mengingat tahun ini pemerintah pusat belum mengabulkan hasrat dan keinginan masyarakat Banten supaya Brigjen KH Syam’un menjadi pahlawan nasional.


Langkah Pemprov Banten harus diapresiasi oleh masyarakat karena telah berupaya keras dan memperjuangkan sungguh-sungguh supaya tokoh Banten seperti Brigjen KH Syam’un bisa menjadi pahlawan nasional. Meski tahun ini belum dikabulkan, mudah-mudahan sebagai langkah yang positif sehingga tahun depan benar-benar dapat diperhatikan dan dikabulkan pemerintah pusat.

Pemprov Banten sebelumnya pernah mengusulkan nama Sultan Ageng Tirtayasa dan Mr. Syarifudin Prawiranegara sebagai Pahlawan Nasional kepada Pemerintah Pusat dan akhirnya disetujui dengan keluarnya Kepres RI Nomor 045/TK/tahun 1970 tanggal 1 Agustus 1970 untuk Sultan Ageng Tirtayasa dan Kepres RI Nomor 113/TK/tahun 2011 tanggal 7 November 2011 untuk Mr. Syarifudin Prawiranegara keduanya sebagai Pahlawan Nasional asal Banten.

Jika telah selesai diusulkan nama Brigjen KH. Syam'un, Pemprov Banten juga segera mengusulkan nama Syekh Nawawi Al-Bantani untuk bisa mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Tentu merupakan kebanggan jika tokoh-tokoh Banten menjadi pahlawan nasional, juga sebagai bahan ceritera yang positif bagi anak-anak, kaum muda dan publik umumnya di Banten, terutama tentang sosok kepahlawanan dan pengabdian Brigjen KH Syam’un dalam dunia pendidikan pesantren. Kisah hidup dan perjuangannya bisa menjadi energi bagi siapapun kita publik Banten untuk menatap masa depan.

Apa yang menyebabkan Brigjen KH Syam’un sehingga masyarakat Banten melalui Pemprov mengusulkannya menjadi pahlawan nasional? Bagaimana sepak terjang dan peranan strategis dalam tokoh pergerakan nasional? Apa bukti kuat dedikasi beliau untuk Indonesia dan masyarakat Banten khususnya?

Nama lengkapnya K.H. Syam’un bin H. Alwiyan, pendiri Perguruan Islam Al-Khairiyah Citangkil, Desa Warnasari, Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Perguruan tersebut didirikan dalam dua tahap, bermula dengan sistem pesantren salafi (Tradisional) dan dikembangkan tahap kedua dengan sistem Madrasah atau pesantren modern.

 Beliau dilahirkan di Beji Bojonegara, Kabupaten Serang, pada 5 April 1894, masih keturunan dari KH. Wasid, tokoh Geger Cilegon (1888) di masa perjuangan melawan pemerintah Kolonial Belanda. Ia diasuh oleh seorang ibu yang berkarakter kuat dan bermental pejuang, Hj. Siti Hajar. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan untuk memperdalam dasar-dasar pelajaran Islam seperti membaca Al-qur’an, tata bahasa Arab dan tata cara ibadah.

Sejak dini, tepatnya pada usia 4 tahun sudah dikirim orang tuanya menimba ilmu agama di Pesantren Delingseng, Cilegon. Selama dua tahun (1898 -1900) Ki Syam’un belajar di bawah asuhan KH. Sa’i. Pesantren Kamasan (1901-1904) di bawah asuhan KH. Jasim menjadi kelanjutannya menuntut ilmu di tanah air.

Selepas itu, pada usia 11 tahun melanjutkan studi ke Mekkah selama lima tahun (1905-1910) bermukim di Mekkah dihabiskannya berguru di Masjidil Haram. Pendidikan akademisnya kemudian ditempa di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, dari 1910-1915.
Sepulang studi di timur tengah, mendirikan Pesantren Citangkil (1916), dan sembilan tahun kemudian melakukan modernisasi pendidikan dan mentransformasikan lembaga yang didirikannya menjadi Madrasah Al-khairiyah yang kurikulum dan model pengajarannya ia duplikasi dari Al-Azhar dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal masyarakat Banten.

Ia juga mendirikan Koperasi Boemi Poetra, Organisasi Kebangkitan Pemuda Islam, dan Sekolah ala Belanda (HIS Al-Khairiyah). Dari para alumni terbaik madrasah modern yang didirikannya, ia juga melakukan pengkaderan dengan mengirimkan mereka ke Universitas Al-Azhar dan menanamkan nilai-nilai patriotisme, cinta tanah air, pengorbanan untuk membela kaum yang lemah serta kepedulian terhadap nasib sesama bangsa.

Perkembangan Al-Khairiyah yang pesat di zamannya merupakan sebuah kemajuan yang melesat cepat, sehingga tidak berlebihan jika Al-Khairiyah disebut sebagai Al-Azharnya Asia Tenggara. Terlebih metode pengajaran dan kurikulum yang diajarkan Ki Syam’un di Al-Khairiyah Citangkil sama persis dengan yang dilakukan di Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Jejak peninggalan berupa lembaga pendidikan dan pengajaran Al-khairiyah yang memiliki 417 cabang lebih berlokasi di enam provinsi: Banten, Jakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat. Perguruan Al-khairiah tidak hanya memberikan khidmat pengajaran kepada masyarakat jenjang pendidikan MI, MTS, MA, tetapi juga SMP, SMEA, SMU, dan SLB.

Bahkan kini di Perguruan Al-khairiyah Pusat telah berdiri dengan gagah dan megah tiga perguruan tinggi sesusai dengan rumpun ilmu yang disebarluaskannya: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE), Sekolah Ting¬gi Ilmu Komputer (STIKOM). Perkembangan Al-khairiyah dan ratusan cabang-cabangnya tersebut tidak lepas dari dedikasi, loyalitas dan patriotisme ratusan kader Alkhairiyah yang berhasil Brigjen KH Syam’un didik dan kader untuk menjadi generasi penerusnya.

Disamping itu, Korem Maulana Yusuf adalah jejak lainnya dari KH. Syam’un, yang sumbangsihnya dalam membangun Tentara Nasional di Banten, juga patut mendapatkan apresiasi. Karena darma baktinya dan jasa-jasanya yang luar biasa terhadap kemajuan dan kejayaan bangsa pada tahun 2000 Brigjen KH Syam’un mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI.
Prestasi KH. Syam’un dalam pemerintahan terefleksi dalam fakta bahwa ia pernah diberi amanah untuk menduduki pucuk pimpinan dalam pemerintahan sebagai Bupati Kabupaten Serang). Prestasi dan kemampuannya di bidang militer mengejawantah dalam diberinya KH. Syam’un amanah untuk menjadi Komandan BKR, Panglima TKR, dan Komandan Brigade I/Tirtajasa.


Brigjen KH.Syam’un merupakan pejuang yang memiliki semangat jiwa patriotisme, pantang menyerah dan tanpa pamrih, hal itu bisa menjadi salah satu pelajaran sekaligus panutan generasi muda Banten dan bangsa Indonesia. Melihat jejak, pengabdian, persistensi, dan perjuangan Brigjen KH Syam’un baik dalam bidang pendidikan pesantren maupun kontribusi bagi kemerdekaan, yang warisannya masih eksis dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Banten khususnya, maka sepantasnyalah pemerintah pusat tahun depan dapat mengabulkan cita-cita, rasa serta keinginan masyarakat Banten supaya Brigjen KH Syam’un menjadi pahlawan nasional.*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar