JENIS-JENIS KEBENARAN
Kebenaran Pragmatis
Kebenaran
yang menurut teori ini sesuatu dianggap benar bila terbukti sesuatu itu
mendatangkan manfaat. Konsep kebenaran ini nampaknya kurang cocok untuk
mengukur kebenaran sejarah, apalagi kalau pragmatis itu dilihat dari segi
manfaat langsung. Tetapi kalau manfaat itu berkait dengan kegunaan tidak
langsung dan bersifat tidak imateriil, bisa saja dengan kriteria kebenaran ini.
Kebenaran empiris
Kebenaran
yang umumnya menunjuk kepada yang dianggap benar bila sesuai dengan pengalaman
inderawi atau dapat diamati oleh indra. Menurut pandangan ini, suatu pernyataan
dianggap benar bila didukung oleh fakta empiris. Artinya penyajian atau
pembuktian secara empirislah yang dianggap lebih mensahkan pernyataan kebenaran
itu bisa diterima atau tidak. Dengan prinsip bahwa suatu pernyataan sejauh itu
dianggap benar kalau ada kenyataan empris, maka teori kebenaran ini bisa saja
digunakan untuk studi sejarah, asal para sejarawan benar-benar memiliki
perhatian dan sungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan dan melakukan
interpretasi tanpa ditumpangi kepentingan, kecuali untuk kepentingan ilmiah.
Kebenaran berdasarkan teori
korespondensi
Sesuatu
dinyatakan benar apabila terdapat kesesuaian antara pernyataan atau materi
pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan
ituberkorespondensi/berhubungan/sesuai dengan objek yang dimaksud dalam
pernyataan. Dalam hal ada pengertian bahwa fakta yang merupakan pernyataan dari
suatu peristiwa sesuai atau dapat dibuktikan berdasarkan realitas.
Kebenaran menurut teori koherensi
Sesuatu
atau pernyataan itu dianggap benar, apabila pernyataan itu bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. F. H. Bradley
menyatakan bahwa kebenaran sebagai suatu pernyataan dianggap benar bila itu
dalam keadaan saling berhubungan, relevan dengan lain yang benar. Kebenaran
sejarah merupakan rumusan dari suatu jaringan antarfakta yang saling berkaitan.
Kebenaran sejarah ditentukan oleh suatu kecermatan penelitian, pengusutan
terhadap koherensi (konsitenitas) dan hubungan antarfakta yang kait mengkait
dalam suatu jaringan (historis) tersebut.
Ciri
umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu pertama bersifat rasional, empiris
dan sementara. Rasional artinya kebenaran itu ukurannya akal. Sesuatu dianggap
benar menurut ilmu apabila masuk akal. Empiris artinya ilmu itu berdasarkan
kenyataan. Kenyataan yang dimaksud di sini yaitu berdasarkan sumber yang dapat
dilihat langsung secara materi atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah, yaitu
sejarah memiliki sumber sejarah yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah.
Sementara artinya kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak mutlak seperti halnya
kebenaran dalam agama. Kemutlakan kebenaran agama misalkan dikatakan bahwa
Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang berbeda dengan makhluknya. Ungkapan ini
tidak dapat dibantah harus diyakini atau diimani oleh manusia.
Lain
halnya dengan ilmu pengetahuan, kebenarannya bersifat sementara, artinya dapat
dibantah apabila ditemukan teori-teori atau bukti-bukti yang baru. Dalam
sejarah kesemantaraan ini dapat dalam bentuk perbedaan penafsiran terhadap
suatu peristiwa. Perbedaan ini dapat diterima selama didukung oleh bukti yang
akurat. Kesementaraan inilah yang membuat ilmu itu berkembang terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar